Ketika Soekarno Meminta Fatwa Kepada Kh Wahab Hasbullah

Nama KH Wahab Chasbullah tidak asing lagi bagi masyakarat Indonesia, terutama bagi warga Nahdhliyyin. Selain sebagai Pahlawan Nasional, tokoh asal Desa Tambak Beras, Jombang ini merupakan salah satu Pendiri dan Penggerak Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).

Mbah Wahab-begitu saat ini dikenal adalah tokoh pendiri Badan Otonom (Banom) NU Gerakkan Pemuda (GP) Ansor. Mbah Wahab merupakan tokoh kunci di NU dan sosok yang satu ini sangat peduli dan mencintai organisasi yang didirikannya bersama Hadaratus Syaikh KH Hasyin 'Asy'ari.

Ada kisah menarik dari Mbah Wahab selama malang melingtang di NU. Kisah ini diceritakan Oleh Mundjidah Wahab - Wakil Bupati Jombang (Putri Ke-3 KH Wahab Chasbullah dengan Ibh Nyai Sa'diyah).

Ketika itu, sebelum Muktamar NU ke-25 di Surabaya pada tahun 1971, Mbah Wahab dikabarkan meninggal dunia. Kabar meninggalnya Mbah Wahab ini membuat kaget semua putra putri dan keluarga. Bahkan, para santri pun sedih mendengar Mbah Wahab meninggal dunia. Kemudian, baik Keluarga maupun Para Santri menyiapkan segala sesuatu untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Mbah Wahab.

Para santri menyiapkan terop dan kursi untuk para petakziah, pun demikan dengan sejumlah peralatan yg lain di rumah duka tersebut. Di tengah persiapan itu, tiba-tiba Mbah Wahab terbangun. Sontak kejadian ini malah membuat kaget para santri, keluarga dan beberapa petakziah tempat tersebut.

"Sik-sik gak sido, aku jalok ditunda nang gusti Alloh,ngenteni sak marine Muktamar NU (sebentar-sebentak nggak jadi, saya minta ditunda ke Allah SWT, nunggu setelah muktamar)," kata Mundjidah menirukan perkataan Mbah Wahab saat bangun dari pembaringan itu.  Peristiwa ini membuat para santri, keluarga dan Para petakziah heran bercampur gembira karena Mbah Wahab tidak jadi meninggal dunia.


Dan ternyata benar,  Beberapa bulan kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya digelar. Saat itu, KH.Wahab chasbulloh menjadi Rois Aam PBNU menggantikan Rois Akbar KH Hasyim 'Asy'ari. Saat itu, Mbah Wahab memberikan sambutan kepada peserta Muktamar. Namun, ketika Prosesi Muktamar belum selesai, Mbah Wahab minta pulang karena kondisi kesehatan yang menurun. Berselang beberapa hari setelah muktamar NU ke 25 di Surabaya kondisi kesehatannya semakin menurun. Mungkin inilah yang dinamakan seseorang memiliki Karomah. Saat itu, sepertinya Mbah Wahab benar-benar tahu jika akan meninggal dunia, hingga akhirnya dipanggillah putra putrinya untuk pamit.  "Wes saiki wayahe aku dipundut (sudah sekarang waktunya saya dipanggil oleh Allah)," katanya kala itu seperti ditirukan Munjidah Wahab.

Kemudian, Mbah Wahab mengucap kalimat La Ilaha Illalloh dan menghembuskan nafas terakhir.  Peristiwa ini disaksikan oleh Istri dan dua putrinya. Salah satunya adalah Nyai Hj.Munjidah Wahab. .

Cerita yang sama juga disampaikan oleh salah satu santri Mbah Wahab yakni KH Jamaludin Ahmad. Hikmah dari kisah ini adalah menunjukkan saking cintanya Mbah Wahab terhadap NU. Bahkan di akhir hayat yang difikirkan adalah NU.

Sumber : buku tambakberas ( menelisik sejarah memetik uswah )

Belum ada Komentar untuk "Ketika Soekarno Meminta Fatwa Kepada Kh Wahab Hasbullah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...