Pendekar Gledek Dari Jombang

  

Kiai abdus salam bukan hanya seorang ulama, beliau juga seorang pemimpin pasukan diponegoro sekaligus seorang pendekar sakti. setlah diponegoro di tangkap belanda pada tahun 1830, kiai abdus salam memindahkan basisi perlawanan dari tegalrejo ke arah timur hingga sampai di alas wonomerto wonosalam. kemudian beliau menetap di alas gedang, utara wonosalam. 

  

Pilihan alas gedang dijadikan basis oleh kiai abdus salam karena jauh sebelumnya beliau telah melakukan observasi dan membuka lahan ( mbabat alas ) sebagai persiapan tempat perlarian guna menyusun dan menggalang kekuatan kembali melawan belanda. selama 13 tahun beliau membangun alas gedang merubah hutan belantara menjadi sebuah perkampungan, hingga akhirnya beliau mendirikan sebuah padepokan yang kemudian hari terkenal dengan sebutan padepokan selawe karena hanya 25 orang yang menetap di padepokan tersebut, ada juga yang menyebut pondok " telu " karena padepokan hanya memiliki tiga gothakan ( kamar ). 

Padepokan selawe atau pondok telu yang di asuh kiai abdus salam kian hari bertambah pesat perkembangannya dan semakin terkenal, bahkan keterkenalannya sampai ke telinga residen belanda. tidak diketahui maksud dan tujuannya, residen belanda kemudian mengutus kurir untuk menemui kiai abdus salam, si kuriri pun berangkat dengan kereta kuda menuju desa gedang. sesampainya di halam beliau, dengan nada congkak dan angkuh si kurir ber teriak teriak keras memanggil abdus salam. beliaupun akhirnya keluar rumah dengan memanggil bentakan " sopo awakmu .. ? ( siapa kamu .. ? ) gleger suara beliau dahsyat dan keras layaknya gledhek ( petir ) menyambar, dengan sekali bentakan beliau, si kurir dan kudanya langsung pingsan dan meninggal demikian juga dengan bendinya hancur berantakan. kabarpun menyebar dan sejak kejadian saat itu jiai abdus salam dikenal dengan sebutan kiai shoichah ( bahasa arab, yang berarti bentakan / glegar ) 

Sumber : buku tambakberas ( menelisik sejarah memetik uswah )

Bagikan Artikel ini